Pengertian Fotografi, Fotografi (Photography, Ingrris) berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa dibuat.Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu
membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas
cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium
pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan
bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang
fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO / ASA (ISO
Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma
& Speed selanjutnya disebut sebagai Eksposur (Exposure)
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO
Istilah Dasar Dalam Bidang Fotografi :
ISO / ASA :
Iso atau dahulu ASA, dalam dunia fotografi adalah suatu istilah yang sangat lekat, karena ISO
yang merupakan singkatan dari International Standard Organization menyatakan standar
kepekaan sebuah film pada kamera analog dan CCD pada kamera digital. Fungsinya adalah
mengatur sensivitas kamera pada cahaya.
Seorang pemotret selain harus menguasai tehnik memotret juga harus menguasai disiplin ilmu
lain yang berkaitan erat dengan pemotretan, satu di antaranya adalah mengenai karakter ISO
yang digunakan dalam pemotretan. Karakter itu bisa mengenai keunggulan tampilan warna-
warnanya yang paling dominan atau juga mengenai kemampuan menangkap cahaya pada suatu
pemotretan.
Dibanding saat awal penemuannya sendiri, pada masa sekarang sudah jauh lebih baik
perkembangannya, khususnya perkembangan kemampuannya dalam menangkap cahaya yang
terus mengalami perbaikan. Bahkan boleh dibilang kemampuan tersebut kini telah mendekati
kesempurnaan.
ISO tinggi yang dahulu sangat “ditakuti” oleh pemotret karena akan membuat butiran-butiran
pada fotonya kasar bila dicetak besar-besar, kini sudah bukan masalah. Bahkan hasilnya sudah
kian mendekati seperti hasil dengan ISO rendah sehingga sering tak perlu dikawatirkan bila
harus mencetak besar-besar.
Bilangan ISO sesungguhnya adalah angka yang mengindikasikan seberapa besar kepekaan film
atau CCD pada kamera digital terhadap cahaya. Makin kecil angka ISO semakin rendah
kepekaannya terhadap cahaya, sebaliknya makin tinggi ISO semakin peka terhadap cahaya.
Karena itu memilih dan menentukan ISO untuk memotret menjadi suatu hal yang sangat penting
serta memerlukan perhitungan yang baik. Pemilihan ISO itu bukan hanya bisa berdasarkan atas
kondisi suatu pencahayaan yang ada tetapi juga memperhitungkan pencapaian suatu efek tertentu
dalam pemotretan dan tujuan melakukan pemotretan.
ISO di dalam fotografi analog, semestinya juga digital ada empat kelompok yang dapat dipilih dan digunakan, yaitu :
- Slow atau kecepatan lambat (ISO 25 – 64). Dalam kelompok ini bila digunakan untuk memotret akan menghasilkan butiran atau permukaan cetakan yang halus dan berkontras rendah. Biasanya dipilih dan digunakan oleh pemotret profesional untuk memotret arsitektur atau stilllife, pemotretan benda-benda mati. Memotret menggunakan ISO lambat menjadikan seorang pemotret selalu membutuhkan kaki tiga kamera sebagai penopang penahan goyang, terlebih bila menggunakan kombinasi pemakaian diafragma kecil misalnya f:16 atau diafragma f:11, sekalipun itu juga dilakukannya dalam cahaya yang terang. Karena film kecepatan lambat mempunyai kualitas yang sangat baik, maka menggunakannya akan memberi keleluasaan dalam mencetak atau melakukan pembesaran. Hingga sampai ukuran 50×60 cm menghasilkan cetakan yang masih halus tanpa terlihat kasar butiran-butiran filmnya.
- Medium atau kecepatan sedang (ISO 100 – 200). Kelompok ini adalah kelompok kepekaan yang paling banyak digunakan karena itu merupakan kelompok yang paling popular. ISO ini sangat ideal digunakan untuk pemotretan di alam terbuka dalam cuaca terang. Menghasilkan cetakan yang tajam dengan butiran-butirannya yang masih tetap halus. Biasanya ISO ini banyak digunakan untuk pemotretan panorama, perjalanan wisata dan foto-foto dokumentasi keluarga.
- Fast atau cepat. (ISO 400 – 800). Film ini memiliki kemampuan yang baik untuk mengatasi suatu keadaan dalam pemotretan yang agak kurang cahaya. Menggunakan film jenis ini akan menghasilkan foto dengan cetakan yang menampakkan butiran agar kasar. Tetapi dengan menggunakannya memungkinkan memotret benda-benda yang bergerak cepat dengan baik dan tajam. Pemotret lebih leluasa dalam mengatur penggunaan diafragma, misalnya bukaan diafragma f:2,8 yang mampu mengaburkan latar belakang. Umumnya foto-foto yang diambil dengan menggunakan cahaya alami atau natural light akan memberikan hasil yang lebih baik dan menarik.
- Ultra fast atau sangat cepat (ISO 1000 – ke atas). Dirancang untuk mengatasi suatu keadaan pemotretan di mana cahaya yang ada saat pemotretan sangat rendah atau memotret dengan menggunakan cahaya seadanya. Menghasilkan cetakan dengan butir-butiran yang tampak kasar, terlebih bila dicetak besar. Namun dalam perkembangannya apakah cepat atau sangat cepat dapat diperbaiki sehingga mampu menghasilkan mutu yang tak kalah dengan yang sedang. Dengan ISO ini bukan hanya ditujukan untuk pemotretan yang cahayanya rendah, tetapi juga untuk pemotretan yang mengandung gerak sangat cepat, sehingga mampu membekukan gerakan seperti gerakan-gerakan dalam olahraga serta menawarkan sejumlah pemikiran kreatif dengan sengaja menampilkan efek butiran atau pecahnya sebagai suatu efek yang dianggap mengandung seni. Namun demikian jika pemotretan dilakukan dengan menggunakan kamera digital yang nota bene dapat diubah-ubah ISO-nya pada setiap saat dikehendaki, terserah yang Anda kehendaki. Misalnya pada subjek yang berasal dari suatu peristiwa yang mengandung banyak gerak, gunakan ISO yang sesuai, dan pilihannya tentu adalah ISO 400 atau lebih agar menghasilkan foto yang mampu merekam gerakan-gerakan cepat dengan baik tanpa adanya unsur goyang. Menggunakan ISO tinggi juga memungkinkan pemotret lebih leluasa dalam memilih kecepatan atau bukaan rana. Dan karena itu untuk suksesnya suatu pemotretan dan hasil yang diinginkan pahami ISO dan pilihlah yang cocok dan sesuai misi dan tujuan pemotretan.
Istilah Dasar Fotografi Bagi Pemula :
- Angle of View : Sudut pandang dalam pengambilan objek foto.
- Aperture : Bukaan diafragma; alat yg mengatur seberapa besar cahaya yang masuk kedalam kamera di lensa.
- Available light : cahaya yg ada
- AutoFocus : Focus otomatis; focus lensa yang bekerja otomatis dalam waktu yg relatif cepat.(tergantung dari lensa dan kondisi pencahayaan)
- Back focus : Focus dibelakang objek
- Back light : pencahayaan yang berasal dari belakang objek foto
- Battery Grip : attachment tambahan yang dipasang di base camera…berisi batre …bisa berupa batre bawaan kamera…atau batre AA (perlu tambahan lagi)..
- Blitz/Speedlight/Flash : alat bantu dalam pemotretan yang memancarkan sinar secara cepat untuk memberi pencahayaan ke objek.
- Bracketing : Menaikkan ato menurunkan ukuran pencahayaan pada pemotretan untuk memperoleh pencahayaan yg tepat.
- BOKEH : bidang blur/out of focus..hasil dari Depth of Field…
- Bounce : Efek pencahayaan terhadap objek foto dari speedlight yang dipantulkan ke atas/samping/bawah.
- Bulb : sarana pada pengukuran shutter speed yang dapat diatur sendiri sesuai dengan keinginan memotret (tulisan bulp biasanya muncul bila lebih dari 30detik).
- CA ato Chromatic Abberatio : Istilah CA ini kalo di fotografi dihubungkan dengan warna biru ke ungu-unguan di sekitar suatu objek. CA disebabkan oleh lensa yg punya refractive index yang berbeda di setiap light wavelengths. Semakin complex design lensa, semakin mungkin CA ini buat terjadi. Bisa diliat dr lensa zoom dan superzoom atau lensa wide bakal punya CA yg lebih parah drpd lensa prime. Makanya lensa yang mahal akan pake UD (Ultra low Dispersion) glass buat mengurangi CA ini. Sedangkan sigma pake elemen lensa yang bernama APO, Achromatic. Atau ED untuk Nikon.
- CCD (si si di) : Charged Coupled Diode. Sensor yang kebanyakan digunakan pada kamera digital.
- CMOS (si mos) : Complementary Metal Oxide Semiconductor. Sirkuit yang sering di gunakan pada chip elektronik dan juga sensor image(digunakan pada beberapa kamera canon). Beberapa kamera juga menggunakan CMOS untuk lightmeter internalnya.
- Colourmeter : alat untuk mengukur atau menghitung temperature warna.
- Croping : memotong bagian atau sisi tertentu dari bidang foto.
- Depth of Field : lebar bidang fokus; ruang tajam; boleh dikata sebuah ruang di depan kamera, dimana objek yang berada ddlmnya mempunyai ketajaman tertentu.
- Exposure : Hasil pengaturan bukaan diafragma dan shutter speed yang menentukan pencahayaan objek.
- Emulsi Film(SLR) : Lapisan bahan pada film yang peka terhadap cahaya.
- Fill in : melunakkan bayangan pada objek foto.
- Film : Media untuk merekam gambar yang terdiri atas sebuah lapisan tipis yang mengandung emulsi peka diatas lapisan yang fleksibel dan transparan. –tapi kayaknya hari gini sih jarang banget kita nemu ‘film’. yang banyak juga kamera digital!
- Filter : terbuat dari sistem optik yang dipasang pada bagian depan lensa.
- Fish eye lens : lensa sudut lebar dengan ukuran 16mm ke bawah.
- Fluorite : bahan yang bisa digunakan untuk menjadi lensa..karena memiliki karakteristik dispersi cahaya yang sangat rendah (efek pelangi)..jadi digunakan sebagai elemen Low Dispersion Lens di kebanyakan Lensa Canon Seri L..
- Focus : kalo dbuku Fisika jaman gw smp/sma namanya titik api , titik tempat pertemuan cahaya melalui lensa; ketajaman lensa melalui view finder.
- Front focus focus di depan objek
- Front light : pencahayaan dari depan.
- Grainy : kalo di film : butiran lapisan emulsi film. Butiran dalam film akan tampak sebagai titik2 dalam hasil cetak foto. kalo di digital : butiran yg muncul karena menaikkan sensitifitas cahaya pada sensor.
- High key : Cara memotret yang mana kebanyakan putih ato bercahaya pada image.
- HOT SHOE : tempat buat connect external blitz (yg ada di atas camera)
- ISO : International Standarts Organization, dulunya di kenal dengan nama ASA(American Standarts Association) ato DIN (Deutsche Industrie Norm) merupakan standard umum yang digunakan untuk ukuran kepekaan terhadap cahaya.
- Lightmeter : alat yang berfungsi untuk mengukur pencahayaan yang diperlukan untuk pemotretan.
- Low-Key : teknik pemotretan yang kebalikan dari High Key sehingga didominasi oleh warna hitam.
- Medium Format Camera : Kamera yang pada prinsipnya sama dengan SLR, cman menggunakan film yg berbeda, 120mm.(ada beberapa yg menggunakan sistem TLR)
- Monopod : Penyangga 1 kaki untuk kamera.
- Motordrive(SLR) : alat yang berfungsi untuk menggulung film.
- Noise : bintik2 warna yang gak beraturan biasanya gara2 kalo sensor sebuah kamera digital lagi diset di high ISO.. ini dikarenakan kalo lg high iso, sensor itu nyerep lebih banyak listrik, trus jadinya panas, akhirnya hasil analog yg diubah ke digital gak sempurna de dan biasanya sensor CCD butuh listrik lebih banyak daripada sensor CMOS jadinya CCD lebih banyak noise, tapi di low sensitivity, CCD menang kualitas, karena pemrosesan analog menjadi data digital bisa dilakukan lebih banyak di CCD..
- Shutter Speed : pengaturan kecepatan tutup “jendela” kamera dalam menangkap pencahayaan yang masuk.
- Over Exposure : Pemotretan dengan cahaya yang berlebihan sehingga menimbulkan efek terlalu terang.
- Red Eye : Efek titik merah pada mata objek karena pantulan lampu kilat.
- Reflektor : alat bantu pada pemotretan yang berfungsi memantulkan cahaya.
- Self timer : Alat hitung mundur yang tersedia di kamera.
- Shadow : bidang gelap (bayangan mah arti di kamusnya..)
- Side Light : pencahayaan yang berasal dari samping objek foto
- SLR : Single Lens Reflex. Model kamera yang menggunakan cermin putar untuk memantulkan objek pada view finder. DSLR, digital SLR.
- Still Life : pemotretan benda tak bergerak.
- Stop : ukuran menaikkan ato menurunkan bukaan aperture atau shutter speed dari nilai normal.
- TLR : Twin Lens Reflex, refleks lensa kembar. Pembidikan dilakukan secara vertical pada bagian atas lensa dan tidak langsung ke lensa utama.
- Tripod : Penyangga 3 kaki untuk kamera.
- Under Exposure : Image kurang cahaya.
- View Finder : Jendela bidik.
- Wide Lens : lensa sudut lebar
- Asa : singkatan dari american standar assosiation. Yaitu standar kepekaan film. Pengertiannya sama dengan ISO, hanya saja nama ASA dahulu umumnya dipakai diwilayah amerika. Kecepatannya diukur secara aritmatis.
Pengertian Exposure :
Exposure tuh apa an sih? Kok kayaknya exposurenya terlalu gelap yah? Apa gak terlalu OE (Over exposed) tuh poto? Duh, seharusnya exposure saya harusnya gimana sih?
Nah, exposure itu bisa di golongkan kepada 3 nama yang saling erat hubungannya, mereka adalah:
Aperture = bukaan diafragma lensa biasanya dalam ukuran f/2.8, f/5.6 dan seterusnya
Shutter Speed = bukaan berapa lama film menerima cahaya sewaktu diafragma di buka; dalam ukuran 2s, 1/250s ,1/500s, dan seterusnya (s = seconds, detik)
ISO, Speed of the film = internasional standard untuk sensitifnya film. contoh: ISO 400 lebih sensitif daripada ISO 200, ISO 200 lebih sensitif daripada ISO 100, dan seterusnya.
- APERTURE (Diafragma) : Aperture adalah bukaan lensa untuk mengatur berapa banyak cahaya yang masuk. Ukuran aperture biasanya bisa di liat dengan f/ number. Semakin besar nomer f/ nya semakin kecil bukaan lensanya. Dengan kata lain, semakin kecil nomer f/ nya, semakin GEDE bukaan lensanya. CONTOH: f/2.8 bukaannya lensanya tuh lebih besar daripada f/11. Aperture ini lah yang biasanya orang orang di kritik fotografer.net pada bilang “Wahhhh bagus bener DOFnya, bagus bener pemandangannya!” Nah sekarang ngerti kan kalo Aperture ini adalah sang komandan yang bertanggung jawab atas wilayah ketajaman di dalam satu foto. DOF, kepanjangan dari Depth-of-Field, yaitu wilayah di sekeliling subject yang di rekam oleh camera yang layak tampil tajam di hasil potonya. Ukuran Aperture dalam perbedaan ukuran satu stop adalah: f/2 -> f/2.8 -> f/4 -> f/5.8 -> f/8 -> f/11 -> f/16 -> f/22 Dari f/2 sampe ke f/2.8 di katakan Aperturenya turun 1 stop dalam kata laen -1. Dari f/4 turun 3 stop ke f/11. Di katakan turun adalah jumlah cahaya yang masuk melalui diafragma kan lebih sedikit jadi oleh karena itu di katakan turun.
- SHUTTER SPEED (Kecepatan penutup lensa) Nah apa ini? Kalo tadi Aperture kan ngatur berapa banyak cahaya yang masuk kan? Nah kalo Shutter Speed ini ngatur berapa lama cahaya itu masuk ke film. Contohnya: shutter speed 2s (2 detik) tentunya cahaya yang masuk lebih lama ya kan? kalo shutter speed 1/1000s ( 1/1000 detik lho) ya jelas aja cahaya yang masuk cuman sekilat aja. Gampang kan? Urutan Shutter Speed dalam perbedaan ukuran satu stop adalah: 1/8 -> 1/15-> 1/30 ->1/60 ->1/125 ->1/250 ->1/500 ->1/1000 (dalam detik)
- ISO, Speed of Film Begini saja, anggap saja ISO ini adalah kumbang yang bekerja di dalam camera anda. Kalo di camera saya saya set ke ISO 400 berarti saya mempunyai 400 kumbang yang bekerja, jika anda set camera anda ke ISO 100 berarti anda cuman punya 100 kumbang untuk bekerja di dalam kamera anda. Nah ukuran ISO dalam perbedaan satu stop adalah: 100 ->200 ->400-> 800 ->1600 ISO 800 adalah 3 kali lebih sensitif daripada ISO 100 (lebih sensitif terhadap cahaya 3 stop), tetapi hasil potonya mungkin agak grainy (seperti berpasir) Nah dalam hal ini lah yang harus menjadi pertimbangan anda kapan harus kompensasi demikian.
Untuk Komposisi Pengambilan Gambar Terdiri dari:
- Komposisi Letak
- Komposisi Warna
Komposisi Letak
Komposisi konvesional adalah obyek diletakan di tengah, baik untuk pengambilan vertikal maupun horizontal.
Kemudian muncul the third rule yang bermula dari dasar teknik melukis, dimana dalam suatu bidang dibagi atas 3 bagian horizontal dan vertikal.
The rule of third, dimasukan dalam kategori breaking the rule oleh fotografer konservatif, karena sering kali tidak ada penyeimbang di sisi yang berlawanan sehingga berkesan tidak seimbang.
The third rule mulai digemari hingga sekarang sebagai salah satu jenis rule of photography dimana awalnya, masih mengikuti hukum gravitasi dan hukum sudut pandang.
Pada perkembangannya, hukum gravitasi dan sudut pandangpun dilanggar dan malah menghasilkan foto yang unik.
Dengan adanya the third rule bukan berarti hukum-hukum konservatif sudah punah, tapi cuma dianggap tidak lagi eyecatched.
Pedoman dalam membuat konsep komposisi letak tidak ada, yang penting adalah jiwa saat membidik sudah menyatu dengan apa yang kita lihat.
Komposisi Warna
Semua orang suka dengan foto yang semarak dengan warna, namun foto yang selalu dikenang adalah foto yang menampilkan warna sesedikit mungkin.
Perpaduan warna yang menarik bukan cuma antara warna kontras dan warna pastel atau perpaduan dari kedua jenis warna tersebut.
Contoh warna yang menarik sebenarnya dapat kita ambil contoh dari keadaan sekeliling kita, contoh:
- White or yellow on black (dan sebaliknya) keadaan gelapnya malam dengan terangnya siang atau terangnya lampu.
- Green on brown (dan sebaliknya) rumput dengan kayu (batang pohon) atau rumput kering.
- Blue on white (dan sebaliknya) langit dengan awan atau pasir dengan laut.
- Grey on blue (dan sebaliknya) langit dengan awan mendung
- Orange on black (dan sebaliknya) terangnya matahari sore dengan gelapnya silhouette
Tidak ada komentar:
Posting Komentar