AS Lakukan Uji Coba Nuklir Terbatas

WASHINGTON - AS, Kamis (6/12/2012), mengatakan, pihaknya telah melakukan sebuah uji coba Baca Lagi ...

Ini Dia Pidato Lengkap Pengunduran Diri Menpora...

Jakarta - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng memutuskan mengundurkan diri Baca Lagi ...

Laporkan Pemerkosaan, Wanita Ini Malah Diajak...

Kuala Lumpur - Wanita berusia 32 tahun di Malaysia ini nyaris diperkosa oleh teman masa kecilnya Baca Lagi ...

Jepang Perintahkan Tembak Jatuh Roket Korut

TOKYO - Pemerintah Jepang, Jumat (7/12/2012), mengeluarkan perintah untuk menembak Baca Lagi ...

Pembantaian Itu Menghantui Xia Shuqin Selama 75 Tahun

NANJING - Tiga perempat abad setelah tragedi pembantaian oleh Jepang di Nanjing Baca Lagi ...

Mengenang Gesang, Sang Maestro Keroncong

Senin, 21 Februari 2011 | 07:02 WIB

Sekali kuhidup, sekali ku mati/Aku dibesarkan di bumi pertiwi Akan kutinggalkan warisan abadi/Semasa hidupku sebelum aku mati Lambaian tanganku panggilan abadi/Semasa hidupku sebelum aku mati Lirik lagu berjudul Sebelum Aku Mati ciptaan almarhum Gesang Martohartono, terdengar menggema dinyanyikan oleh dua gadis kecil, Sabtu (19/2) malam, di pelataran Pasar Windu Jenar Solo, yang juga kompleks pasar malam Ngarsapuro, Solo, Jawa Tengah.

Malam itu, kenangan akan Gesang yang terkenal sebagai pencipta lagu Bengawan Solo yang populer hingga ke beberapa negara di dunia, kembali hadir di tengah masyarakat Kota Solo. Tak hanya kelu arga dan kerabat Gesang, para undangan dan pengunjung pasar malam pun menikmati lagu-lagu keroncong karya Gesang, saat menyaksikan peluncuran buku berjudul Gesang Sang Maestro .

Buku karya Kastoyo Ramelan, mantan wartawan di beberapa majalah (Tempo dan Gatra) , menceritakan tentang kisah hidup Gesang sebagai maestro keroncong, baik deritanya, kebahagiaannya hingga kekayaannya sebagai komponis legendaris.

"Saya pertama kali wawancara dengan Pak Gesang sangat terkejut dengan ceritanya. Kemelaratan ternyata tidak menimbulkan kesakitan jiwa dan kerusakan pikiran pada Gesang. Ia tetap biasa. Bagi saya ini sosok pribadi yang sangat langka dan layak ditulis," ujar Kastoyo.

Tak hanya disuguhi permainan musik keroncong dari Orkes Keroncong Swastika Solo dan lantunan lagu dari para penyanyi keroncong di Kota Solo, masyarakat Kota Solo juga mendapat kesempatan melihat becak tua, dan sepeda motor butut yang sering digunakan Gesang pada akhir masa hidupnya. Bahkan Pak Sunar yang biasa mengantarkan Gesang keliling dengan becaknya pun hadir.

"Pada waktu Pak Gesang masih sehat, saya sering mengantar dia ke keliling kampung, juga ngantar Pak Gesang ambil uang di bank," cerita Sunar.

Peluncuran buku tentang Gesang yang diselenggarakan Yayasan Gesang Jakarta, dihadiri s ejumlah tokoh masyarakat, antara lain Sumartono dan Priyo Hadi Sutanto (Perkumpulan Masyarakat Surakarta), dan Pemimpin Bank Indonesia Solo Doni P Joewono.

"Kami bersyukur buku biografi Gesang bisa terwujud. Sebetulnya buku ini harusnya selesai waktu Gesang masih hidup, tetapi karena ada kendala buku ini baru bisa terwujud sekarang. Kami berharap buku ini bermanfaat dan menjadi spirit serta inspirasi bagi generasi muda," ujar Didit Bagus Pratando, Ketua Yayasan Gesang.

Kenangan akan Gesang juga membuat penyanyi keroncong Waldjinah yang juga Ketua Himpunan Artis Musik Keroncong Republik Indonesia (Hamkri) Surakarta beserta pengurus Hamkri datang menghadiri acara tersebut. P engamat musik Bens Leo juga terlihat hadir pada acara tersebut.

"Tokoh Gesang menarik perhatian. Tidak hanya pada karya ciptanya, tetapi juga daya ingatnya yang luar biasa. Dia hafal betul kapan tampil di Jepang dan beberapa negara," ujar Bens.

Aroma musik keroncong pun sangat terasa. Sejak awal acara, lagu Bengawan Solo terus dinyanyikan dalam acara tersebut. Bahkan saat selubung buku replika buku Gesang Sang Maestro dibuka, penyanyi asal Solo Agus Sunaryo melantunkan Bengawan Solo dengan petikan gitar.

Waldjinah yang awalnya menyatakan tidak akan tampil membawakan lagu, akhirnya tampil bersama-sama pengurus Hamkri Surakarta melantunkan lagu-lagu keroncong karya Gesang antara lain lagu Jembatan Merah .

Ya Gesang memang tokoh yang legendaris. Gesang meninggal pada 20 Mei 2010 lalu, pada usia 92 tahun, setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Kendati telah tiada, hingga kini nama Gesang tetap dikenang sebagai maestro keroncong. (Sonya Hellen Sinombor)

sumber : kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar